Senin, 13 Desember 2010

Teologi dan Modernisasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teologi

Secara literal istilah teologi berasal dari kata theos berarti Tuhan dan logos berarti kata, perkataan, percakapan, dan ilmu. Jadi, teologi berarti ilmu tentang Tuhan atau percakapan tentang Tuhan dan alam semesta. Teologi adalah ”upaya menyelidiki pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat Tuhan”. Menurut John Fok, Theology itself is the science of God and His works and systematic theology is the systematizing of the findings of that science.Definisi ini berdasarkan pengakuan bahwa Firman Allah yang tertulis adalah final dan inerent.
Istilah teologi dalam konteks Kristen adalah disiplin studi yang mencari pengertian tentang wahyu Allah dalam alkitab – Theology in a Christian context is a discipline of study that seeks to understand the God revealed in the Bible …” Berarti bahwa ilmu teologia yang bersumber pada wahyu Allah dalam Alkitab, menyediakan sudut pandang dan pemahaman dalam konteks teologi Kristen.
Sedangkan bagi kaum liberal, formulasi atau formula teologi seperti yang tampak pada definisi ini tidak dipandang sebagai yang final.Ini berarti perkataan Tuhan tidak inerent.
Arti dasarnya adalah suatu catatan atau wacana tentang, para dewa atau Allah. Bagi beberapa orang Yunani, syair-syair seperti karya Homer dan Hesiod disebut "theologoi". Syair mereka yang menceritakan tentang para dewa yang dikategorikan oleh para penulis aliran Stoa (Stoic) ke dalam "teologi mistis". Aliran pemikiran Stois yang didirikan oleh Zeno (kira-kira 335-263 sM.) memiliki pandangan "teologi natural atau rasional", yang disebut oleh Aristoteles, dengan istilah "filsafat teologi", sebutan yang merujuk kepada filsafat teologi secara umum atau metafisika.
Kaum evanglikal percaya bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan telah finis. Sedangkan ilmu pengetahuan, seperti matematika, meyakini bahwa pergerakan alam semesta bergerak di bawah hokum alam dan tidak dikendalikan oleh Tuhan. Bertolak belakang dengan orang percaya bahwa, Tuhan yang mengatur dan mengendalikan, mengontrol dan memelihara alam semesta.
Kata teologi merujuk pada studi tentang Tuhan dan melalui kata ini, sudah terkandung didalamnya doktrin-doktrin dalam Alkitab. Tuhan adalah supreme being atau ada yang tertinggi yang telah mencipta dan eksis dalam eksistensinya, teologi mencari pemahaman dan mengartikulasikan suatu informasi atau pemahaman secara sistematis yang diungkapkan kepada kita melalui-Nya. Studi ini adalah studi tentang hal yang terakhir – ultimate (reality). Hal realitas terakhir atau the ultimate reality merupakan konsentrasi kajian dari teologi.
Bagi Lewis Johnsons, So that theology is discourse about God or reasoning about God, rational discourse about God – jadi, teologi adalah diskusi atau pembicaraan / percakapan tentang tuhan atau pemikiran tentang Tuhan, diskusi rasional tentang Tuhan. Theology and Systematic Theology of course is the systematization of the truth that we learn about God from the word of God.Pengajaran teologi selalu tentang kebenaran Tuhan yang bertolak dari kebenaran Tuhan dan kepada Tuhan.
Definisi-definisi di atas merupakan definisi umum dari teologi yang menyangkut studi teologi atau ilmu teologi sedangkan definisi sempitnya dapat ditemui melalui definisi teologi sistematika, yakni penyusunan secara tepat atau pengorganisasian tema-tema alkitab dalam konteks doktrinal. Memang teologi dalam arti yang luas dan sederhana adalah memikirkan tentang Allah dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran tersebut dalam cara tertentu. Dalam arti yang luas, definisi teologi menurut David Kelsey adalah logos, berbicara dengan pertimbangan yang cermat dan dengan perhatian yang sungguh-sungguh atau berpikir secara terpilah-pilah, jelas, dan koheren (logis dan konsisten) mengenai theos, yaitu Allah.

B. Pengertian modernisasi

Pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang leih maju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi. Berikut ini adalah beberapa pengertian modernisasi dar beberapa pakar, Wilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi social kea rah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi cirri Negara barat yang stabil. J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
Berdasar pada dua pendapat diatas, secara sederhana modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat dari masyaraat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya.Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasa diistilahkan dengan social planning.
Ada saja orang yang mengatakan kembali ke Islam artinya kembali ke jaman onta. Ada juga yang mengatakan jika kembali ke Islam kita akan mundur beberapa ratus tahun ke belakang. Seolah-olah jika kita menjalankan aturan Islam secara kaffah harus meninggalkan semua teknologi yang kita miliki.
Tentu saja pendapat tersebut keliru.Dilihat dari sisi historis saja pendapat tersebut jelas kesalahannya.Sebab pada masa yang lalu justru Islam adalah pemimpin dunia dalam urusan sains dan teknologi.
Ada dua kemungkinan mengapa pendapat seperti seperti itu muncul: mungkin berasal dari keinginan melecehkan Islam, atau mungkin timbul dari pemahaman Islam yang kurang sempurna. Sebagai contoh, saya pernah mendengar cerita dari teman yang entah benar atau salah.Katanya, dahulu seorang syaikh Arab menolak alat bor minyak bumi dengan alasan bid’ah.
Pada masa lalu, teknologi yang dibawa Barat cukup mengagetkan umat Islam.Pada masa kekagetan itu, umat Islam kebingungan dalam menyaring segala sesuatu yang berasal dari Barat.Akibatnya timbul tiga golongan.Golongan pertama melarang segala sesuatu yang datang dari Barat karena berasal dari kaum kafir.Ada golongan yang menerima semua yang berasal dari Barat dengan alasan agar Islam jadi maju.Ada juga yang menyaring mana yang sesuai dengan Islam mana yang tidak. Dan dengan cara berikut ini kita bisa membedakan mana yang sesuai dengan islam dan mana yang tidak.
CIRI-CIRI MANUSIA MODERN:
Ciri manusia modern menurut Dube ditentukan oleh struktur, institusi, sikap dan perubahan nilai pada pribadi, sosial dan budaya.Masyarakat modern mampu menerima dan menghasilkan inovasi baru, membangun kekuatan bersama serta meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.Oleh karenanya modernisasi sangat memerlukan hubungan yang selaras antara kepribadian dan sistem sosial budaya.Sifat terpenting dari modernisasi adalah rasionalitas. Kemampuan berpikir secara rasional sangat dituntut dalam proses modernisasi. Kemampuan berpikir secara rasional menjadi sangat penting dalam menjelaskan berbagai gejala sosial yang ada.Masyarakat modern tidak mengenal lagi penjelasan yang irasional seperti yang dikenal oleh masyarakat tradisional. Rasionalitas menjadi dasar dan karakter pada hubungan antar individu dan pandangan masyarakat terhadap masa depan yang mereka idam-idamkan. Hal yang sama disampaikan oleh Schoorl, walaupun tidak sebegitu mendetail seperti Dube. Namun demikian terdapat ciri penting yang diungkapkan Schoorl yaitu konsep masyarakat plural yang diidentikkan dengan masyarakat modern.Masyarakat plural merupakan masyarakat yang telah mengalami perubahan struktur dan stratifikasi sosial.
Lerner dalam Dube (1988) menyatakan bahwa kepribadian modern dicirikan oleh :
1. Empati : kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
2. Mobilitas : kemampuan untuk melakukan “gerak sosial” atau dengan kata lain kemampuan “beradaptasi”. Pada masyarakat modern sangat memungkinkan terdapat perubahan status dan peran atau peran ganda. Sistem stratifikasi yang terbuka sangat memungkinkan individu untuk berpindah status.
3. Partisipasi : Masyarakat modern sangat berbeda dengan masyarakat tradisional yang kurang memperhatikan partisipasi individunya. Pada masyarakat tradisional individu cenderung pasif pada keseluruhan proses sosial, sebaliknya pada masyarakat modern keaktifan individu sangat diperlukan sehingga dapat memunculkan gagasan baru dalam pengambilan keputusan.
Konsep yang disampaikan oleh Lerner tersebut semakin memperkokoh ciri masyarakat modern Schoorl, yaitu pluralitas dan demokrasi.Perkembangan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern baik yang diajukan oleh Schoorl maupun Dube tak ubahnya analogi pertumbuhan biologis mahkluk hidup, suatu analogi yang disampaikan oleh Spencer.
Schoorl dan Dube yang keduanya sama-sama mengulas masalah modernisasi menunjukkan ada perbedaan pandangan.Schoorl cenderung optimis melihat modernisasi sebagai bentuk teori pembangunan bagi negara dunia ketiga, sebaliknya Dube mengkritik modernisasi dengan mengungkapkan kelemahan-kelemahannya.Schoorl bahkan menawarkan modernisasi di segala bidang sebagai sebuah kewajiban negara berkembang apabila ingin menjadi negara maju, tidak terkecuali modernisasi pedesaan.
Modernisasi yang lahir di Barat akan cenderung ke arah Westernisasi, memiliki tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan asli negara ketiga dapat selalu eksis, namun setidaknya akan muncul ciri kebudayaan barat dalam kebudayaannya (Schoorl, 1988). Schoorl membela modernisasi karena dengan gamblang menyatakan modernisasi lebih baik dari sekedar westernisasi. Dube memberikan pernyataan yang tegas bahkan cenderung memojokkan modernisasi dengan mengungkapkan berbagai kelemahan modernisasi, antara lain keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep persamaan hak dan keadilan sosial tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibicarakan. Lebih lanjut Dube menjelaskan kelemahan modernisasi antara lain :
1. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan ilumu pengetahuan dan teknologi pada organisasi modern tidak dapat diikuti oleh semua negara.
2. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.
3. Keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep persamaan hak dan keadilan sosial antara negara maju dan berkembang tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibicarakan.
4. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan iptek pada organisasi modern tidak dapat diikuti oleh semua negara.
5. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.
6. Keberhasilan negara barat dalam melakukan modernisasi disebabkan oleh kekuasaan kolonial yang mereka miliki sehingga mampu mengeruk SDA dengan mudah dari negara berkembang dengan murah dan mudah.
Keberhasilan negara barat dalam melakukan modernisasi disebabkan oleh kekuasaan kolonial yang mereka miliki sehingga mampu mengeruk sumberdaya alam dari negara berkembang dengan murah dan mudah. Modernisasi tidak ubahnya seperti kolonialisme gaya baru dan engara maju diibaratkan sebagai musang berbulu domba oleh Dube. Dube selain mengkritik modernisasi juga memberikan berbagai masukan untuk memperbaiki modernisasi.Pendekatan-pendekatan yang digunakan lebih “memanusiakan manusia”.
C. Modernisasi yang Sesuai dengan Islam
Jika modernisasi merujuk pada moralitas, Muslim harus selektif.Modernisasi tak berseberangan dengan nilai dan ajaran Islam.Terutama, modernisasi yang merujuk pada kreasi dan penemuan baru.Hal ini diungkapkan oleh Wakil Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bambang Suryadi, mengatakan bahwa dalam hal tersebut pandangan dan sikap Islam sudah sangat jelas."Jika modernisasi didefinisikan sebagai kreasi dan penemuan baru, Muslim tak akan menolaknya," kata Bambang yang juga merupakan doktor filsafat pendidikan dan konseling.Dalam hal ini, umat Islam bisa mempelajari modernisasi yang telah dilakukan Jepang.Misalnya, kata Bambang, modernisasi yang terkait dengan pengembangan teknologi.Modernisasi ini, dikembangkan sejalan dengan ppmhanjiunan manusia sehingga rtierangkum nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Bambang mengatakan, dari pengalaman kemajuan teknologi yang terjadi di Jepang, ada beberapa nilai modernisasi yang ada di masyarakat Jepang, seperti tepat waktu, disiplin, kejujuran, menghargai, kerja sama, transparansi, dan tanggung jawab.Walaupun teknologi terus mengalami perkembangan, kata Bambang, namun di Jepang nilai-nilai itu tetap dipegang teguh generasi penerus yang ada di Jepang. Selain itu, kemajuan teknologi ini juga dipicu oleh keingintahuan yang besar dan juga sikap senang mempelajari ilmu.
Di sisi lain, Bambang mengingatkan, jika modernisasi itu merujuk pada moralitas dan cara hidup, Muslim harus selektif. Jadi, Muslim harus hati-hati dan jangan mengikutinya begitu saja. Karena aturan, norma, dan rujukan dalam Islam sangat jelas, yaitu hukum halal dan haram.Sebab, ungkap Bambang, saat ini ada salah pengertian tentang modernisasi di kalangan generasi Muslim. Generasi Muslim sekarang menganggap bahwa modernisasi terkait dengann moralitas dan gaya hidup. Di sisi lain, ada kalangan yang melakukan penentangan sangatekstrem.
Penentangan itu, ujar Bambang, diwujudkan dalam bentuk pemberontakan dan terorisme melawan modernisasi. Bambang mengatakan, jika salah pengertian terhadap modernisasi dan perilaku penolakan berkembang di dunia Islam, sangat berbahaya bagi kehidupan manusia di dunia.Oleh karena itu, kata Bambang, dalam hal ini Muslim harus mampu mengikuti modernisasi yang tentu sesuai dengan prinsip Islam. Namun, jika modernisasi dalam artian moralitas dari gaya hidup itu tak sesuai Islam, tinggalkan saja.
Kalaupun menentang-nya, ujar Bambang, tak harus menunjukkan ketidaksesuaian itu dengan perilaku yang ekstrem. "Apalagi, pada dasarnya Islam datang ke dunia membawa pesan-pesan modernitas," katanya.Sementara itu, dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Sukron Kamil, mengatakan, sisi lain modernisasi, di Jepang misalnya, didukung juga oleh modernisasi yang tak meninggalkan nilai-nilai budaya dan tradisi.Menurut Sukron, meski modernisasi telah terjadi di sana, namun masyarakatnya tak meninggalkan tradisi mereka.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara literal istilah teologi berasal dari kata theos berarti Tuhan dan logos berarti kata, perkataan, percakapan, dan ilmu. Jadi, teologi berarti ilmu tentang Tuhan atau percakapan tentang Tuhan dan alam semesta. Teologi adalah ”upaya menyelidiki pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat Tuhan”.
Secara sederhana modernisasi dapat diartikan sebagai perubahann masyarakat dari masyaraat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya.Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasa diistilahkan dengan social planning.
Dan islam harus pandai membaca zaman untuk menilai mana yang bisa diambil dari modernisasi dalam konteks moralitas sangatlah perlu sifat selektif agar modernisasi itu tidak menyimpang dari norma agama kita.









DAFTAR PUSTAKA

http://bataviase.co.id/node/119916
http://www.in-christ.net/artikel/teologi/teologi_sebuah_definisi_ilmu
http://hati.unit.itb.ac.id/?p=53
http://irfanview.wordpress.com/
Esposito L Jonh. Islam dan Pembangunan, PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar