Selasa, 23 November 2010

Makalah Peradaban Asia Tengah




BAB II PEMBAHASAN

1. Asal Usul Bangsa Mongol
Ada beberapa versi mengenai asal usul bangsa Mongol, dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan Mongol adalah sebuah bangsa yang berasal dari pedalaman Siberian yang datang dari arah utara menuju ke wilayah Mongolia. Mereka menamakan dirinya sendiri sebagai “putra srigala berbulu hijau” dan sebagai “rusa tak bertanduk”, dan kehidupan mereka ibarat kehidupan binatang. Dalam versi lain dikatakan Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. 1
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan China yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.


2. Kehancuran Baghdad; kemunculan Mongol
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Di sekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing-puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan–semuanya dihancurkan.
1http://www.wikipedia.com/, lihat pula Ahmad Syalabi dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm. 99

 
Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir (w. 1231 M) dan ahli Geografi Yaqut al-Hamawi (w.1229 ). Menurut mereka, tokoh-tokoh muslim terkemuka, amir, panglima perang, tabib, ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.2
3. Latar Belakang Penyerbuan ke Wilayah Muslim
Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan (1251-1258) untuk menaklukan wilayah yang dikuasai kaum muslimin di Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap daerah yang memberikan perlawanan. Hulagu merencanakan akan menaklukkan wilayah muslim Lurs (di daerah Iran), kemudian menumpas sekte Hashashin, menaklukkan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, menaklukkan kekhalifahan Ayyubi di Syria dan terakhir menundukkan kekhalifahan Mameluk di Mesir.
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya, yaitu : Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya,
Kitbuqa termasuk kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang Islam. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.


4.Kekaisaran Mongol Pasca Jengis khan dan Pengaruhnya dalam Perkembangan Islam
2. Bahrum Saleh, Drs. M.Ag, JENGISKAN DAN HANCURNYA SEBUAH PERADABAN (Makalah : Sebuah Analisis Sejarah)
 
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagathai, Ogotai, dan Tuli. Dari keempat orang itu, muncul dinasti-dinasti yang secara langsung berpengaruh dalam memberikan warna dalam perkembangan Islam di semenjung Mongolia. Diantara dinasti-dinasti tersebut ialah Dinasti Chaghatai, Dinasti Golden Horde>, dan Dinasti Ilkhan.
A . DINASTI CHAGHTAI (1227-1369 M).
Dinasti Chaghatai terdiri dari wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Chaghatai Khan (ejaan alternative : Chagata, Chagta, Djagatai, Jagatai).Chaghatai (w. 1242) merupakan anak ke-2 dari Jengis Khan yang diberi wilayah kekaisan Mongol yang membentang dari sungai Illi (sekarang bagian timur Kazakhstan) dan Kashgaria (sebelah barat Tarim Basin) sampai Transoxiana (Uzbekisthan dan Turkmenistan). Setelah ayahnya meninggal, ia mewarisi lebih dari apa yang sekarang disebut lima Negara Asia Tengah dan Iran Utara. Chaghtai sangat taat kepada UUD Mongol dan membenci dengan aturan Islam dan membenci Umat Islam. Tetapi walau pun demikian, dalam pemerintahannya ia mempunyai seorang menteri muslim yang bernama Qutub al Din Habs, yang dikemudian hari mempunyai peranan dalam perkembangan Islam di wilayah ini. Dinasti-dinasti Chagtai setelah meninggalnya Chaghtai secara turun temurun menurut M. Abdul Karim adalah sebagai berikut :
a. Kara Hulegu (1241-1248)
b. Ishu Mongguki (1248-1251)
c. Kara Hulegu (1251)
d. Orghana (Janda Kara) (1251-1266)
e. Mubarak Syah (1266)
f. Buraq Khan (1266-1271).
g. Nik Pay (1271).
h. Buka Timur (1282).
i. Dua Khan (1307)
j. Ishen Bukay (1309-1318).
k. Khan kabag (1318-1326).
l. Therma Shirrin (1326-1334).
m. Sebanyak 17 orang Chaghatai berkuasa (1334-1369).
n. Tura (1364), boneka Timur Leng.
o. Timur Leng
Yang menarik dari dinasti di atas, adalah dinasti Timur. Karena ibunya berdarah Chaghtai dan ia juga sebagai penyambung dinasti tersebut di samping bapaknya adalah darah keturunan Turki. Karena Timur dipandang yang mempertahankan, memajukan, dan menerapkan syariat Islam di kalangan Chaghtai Islam, maka berikut secara khusus dijelaskan tentangnya secara singkat :Tamerlane (133614 Februari 1405) (Bahasa Turki Chagatai: تیمور Tēmōr, "besi"), juga dikenal sebagai Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timuri Leng, yang
artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah
Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia
Timur Monumen Timur Lenk di Samarkand,
Uzbekistan
1)      Kehidupan awal
Timur dilahirkan di Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan. Ayahnya bernama Turghai yang merupakan ketua kaum Barlas. Ia adalah cicit dari Karachar Nevian (menteri dari Chagatai Khan, yaitu anak Jenghis Khan sekaligus komandan pasukan tempurnya), dan Karachar terkenal di antara kaumnya sebagai yang pertama memeluk agama Islam. Turghai mungkin saja mewarisi pangkat yang tinggi di ketentaraan; tetapi seperti ayahnya Burkul, ia menggemari kehidupan beragama dan belajar.Di bawah bimbingan yang baik, Timur ketika berusia dua puluh tahun bukan saja mahir dalam kegiatan-kegiatan luar ruangan, tetapi juga mempunyai reputasi sebagai pembaca Al-Qur’an yang tekun.

2)  Serangan-Serangan Timur
3.Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 289.

 
Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis Khan. Timur Lenk adalah seorang yang sangat ambisius, merasa dirinya sangat kuat dan ingin menguasai seluruh dunia seperti Chengis Khan dan Alexander Agung. Ia pernah berkata, ”Penguasa Tunggal di angkasa adalah Allah dan bumi pun hanya ada seorang penguasa tunggal, dan dia adalah saya, Timur Lenk”.3
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran.
Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan turunan Jengis Khan, pada 10 April 1370 M. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.
Pada tahun 1395 M ia menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian ia menyerang India. Konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri berpendapat, semestinya penguasa muslim itu memaksakan Islam kepada penduduknya. Di India ia membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar. Untuk itu, 90 ekor gajah dipekerjakan mengangkat batu-batu besar itu dari Delhi ke Samarkand.
Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya, dan memerangi Kerajaan Usmani di bawah Sultan Bayazid I. Dalam perjalanannya itu, ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.
Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanggi dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.
Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1406 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.
Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Kdyunlu.4

B. DINASTI GOLDEN HORDĒ>> (1256-1391)
Pada masa Oghtai, terjadi penaklukan (1236-1237) besar-besaran terhadap lembah Sungai Vulgha dan Siberia. Di bawah kepemimpinan Batu, warga nomad Mongol dan Turki menaklukkan beberapa daerah di bagian utara laut Aral dan Caspia dan mendirikan ibukota mereka di sungai Volga. Dalam penyerbuan yang paling besar dalam sejarah dunia, The Golden Horde. juga menaklukkan Rusia, Ukraina, Polandia Selatan, Hungaria dan Bulgaria dan membentuk sebuah imperium yang mengembangkan wilayahnya ke arah utara sampai wilayah hutan Rusia, kea rah selatan sampai ke laut Hitam dan Caucasus. Moskow merupakan wilayah kekuasaan boneka yang utama bagi rezim Golden Horde; sedang beberapa penguasa Rusia lainnya bertanggung jawab kepada Moskow untuk pembayaran pajak.
Bangsa Turki dan Mongol yang tengah mengadakan penaklukan tersebut segera mendapatkan sebuah identitas sejarah yang baru. Melalui pergaulan dengan warga taklukan, mereka terlibat dalam percakapan bahasa Turki “Tartar” dan akhirnya mereka memeluk agama Islam. Di antara pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1267), cucu Jengis Khan dari putranya Juchi Khan, yang menguasai Eropa timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama sufi yang berada di daerah tersebut. Pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat di lembah Wolga dan orang-orang Mongol yang bermukim di wilayah itu menyebut diri sebagai orang Kozak (Kystchak). Menurut Ibnu Katsir, Barkha Khan meninggal pada tahun 665 H dan digantikan oleh salah seorang dari keluarganya yang bernama Mankutmar Bin Tughan Bin Babu bin Tuli bin Jenghis khan.
4 Hamka, dalam Badri Yatim, Ibid, hlm. 123.
 
Imperium Golden Horde mempertahankan kekuasaannya dari pertengahan Abad tigabelas sampai pertengahan abad limabelas, tetapi secara perlahan-lahan mengalami disintegrasi akibat tekanan ekspansi Utsmani (yang mengusir pihak Golden Horde dari wilayah Laut Tengah), dan kebangkitan Moskow, Moldavia, dan Lithuania. Demikian juga, dalam rentang abad empatbelas sampai abad enambelas, The Golden Horde> terpecah menjadi sejumlah wilayah kekuasaan yang lebih kecil dan terpecah belah menjadi beberapa kelompok Tartar Crimea, Tartar Volga, etnis Uzbek dan Kazakh. Khan di Crimea, yang mengklaim sebagai keturunan jenghis Khan, memproklamirkan diri sebagai penguasa independen pada tahun 1441. Khan di Khazan, Astrakhan, dan Siberia juga membentuk wilayah sendiri yang otonom.

Di bawah ini adalah rangkaian Dinasti Golden Horde> :
a. Batu (1237-1256), pendiri.
b. Berke (1256-1267).
c. Mongke Timur (1267-1280).
d. Tuda Mongke (1280-1287).
e. Tula Bugha (1287-1290).
f. Turcht (1290-1313).
g. Uzbeg Khan (1313-1340).
h. Jani Beg (1340-1357).
i. Birdi Beg (1357-1359).
j. Tokhtamis (1359-1404).
k. Idhikhu Khan (1404-1419).
Menjelang hancurnya Golden Horde, berdirilah beberapa dinasti Tatar yang merdeka di antaranya :
1. Dinasti Khazan (1437-1557), pendirinya Ulugh Muhammad Khan.
2. Austrakhan (1466-1556), pendirinya Qasim Khan anak Uluhg Muhammad Khan.
3. Cremia (1420-1783), pendirinya Tash-Timur dan Ghazi Girai.

C. DINASTI ILKHAN (1256 – 1335 M)
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen, berkat bujukan ibunya Dokuz Khatun. Dalam istanya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman surat dengan Raja Louis (1266-1270) dari Prancis dan raja Charles I (1268-1285 ) dari Sicilia.
Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir.
Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan (1293-1295) berbuat serupa. Namun justru pada masa pemerintahan Baidu inilah terjadi peristiwa paling bersejarah. Putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan (1295-1302), walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika naik tahta menyatakan memeluk Islam.
Menurut Edward G. Browne (Literary History of Persia), Vol. II, 1956), dalam sejarah Persia Sultan Ghazan merupakan raja Mongol pertama yang mencetak uang dinar dengan inskripsi Islam. Syariat Islam kemudian kembali ditegakkan dan undang-undang kerajaan diganti dengan undang-undang baru yang bernafas Islam. Pada bulan November 1297 amir-amir Mongol mulai memakai jubah dan surban ala Persia, dan membuang pakaian adat nenek moyangnya. Walaupun perubahan itu menyebabkan banyak orang Mongol yang masih beragama Budha tidak puas, dan terus menerus menyebarkan intrikintrik dan meletuskan sejumlah pemberontakan, namun pemerintahan Ghazan relatif aman dan mantap. Reformasi lain yang dia lakukan ialah pengurangan pajak dan penyusutan jumlah pelacuran dan lokasinya diseluruh negeri.
Sultan Ghazan wafat pada tanggal 17 Mei 1304 dalam usia 32 tahun disebabkan konspirasi politik yang bertujuan mengangkat Alafrank, putra saudara sepupunya Gaykhatu, sebagai raja Mongol beragama Budha. Kematiannya ditangisi di seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang negarawan muda yang bijak dan taat beribadah, tetapi juga pel indung i lmu dan sastra. Dia menyukai seni, khususnya arsitektur, karejinan dan ilmu alam. Dia mempelajari astronomi, kimia, mineralogy, metalurgi, dan botani. Dia menguasai bahasa Persia, Arab, Cina Mandarin, Tibet, Hindi dan Latin. Penggantinya, Uljaytu Khudabanda (1304-1316), meneruskan kebijakannya. Tetapi raja Mongol yang paling saleh ialah Abu Sa’id (1317-1334 M), pengganti Uljaytu. Di bawah pemerintahan Abu Sa’id ini lah orang Mongol Persia menjadi pembela gigih Islam serta pelindung utama kebudayaan Islam.
Namun, pada masa pemerintahan Abu Sa'id ( 1317-1334 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
D. Hasil Peradaban Mongol Masa Islam
1.      Masa Dinasti Chaghtai
Di balik sejarah gelap terdapat titik terang bagi kemajuan bangsa, setidaknya bangsa-bangsa pada waktu itu. Pada masa Timuriah, terutama masa Timur, peradaban maju pesat. Pada masa ini tercatat undang-undang dan kebijakan-kebijakan Timur di antaranya :
a. Pemberian tunjangan tetap bulanan kepada para vikhari (pengemis) agar mereka tidak mengemis lagi.
b. Penegakkan hukum yang tidak pandang bulu
c. Pembangunan Masjid, rumah sakit, sarai khana (tempat istirahat para pelancong) dan sekolah
d. Fasilitas-fasilitas untuk para petani dan fasilitas-fasilitas untuk para pedagang.
e. Pada masa Shakhrukh, Ilmu pengetahuan dan seni maju pesat, ia mendirikan sebuah Observatarium di Samarkhand.

2. Masa Dinasti Golden Horde
Pada Dinasti ini terutama pada masa Barka Khan, telah dibangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota-kota belahan utara. Barka Khan mengganti UUD Mongol diganti dengan syari’at Islam. Selanjutnya semasa Uzbeg Khan, administrasi kenegaraan diterapkan sesuai dengan syari’ah Islam. Kesenian dan sastra berkembang pesat pada masanya. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah di bangun dengan gaya arsitektur yang indah. Menurut Ibnu Bathutah : pada periodenya Golden Horde menjadi Negara Islam yang paling sempurna.
3.      Masa Dinasti Ilkhan
Di bawah pemerintahan Mahmud Ghazan dan atas kecakapan menterinya bernama Rashid al Din at Tabib, terjadi kemajuan pesat di bidang pertanian dan pembaharuan kebijakan keuangan, pembentukan petugas pencatat pajak, dan semangat dalam perencanaan program pembangunan fisik, termasuk di antaranya adalah pembangunan pusat-pusat perdagangan, jembatan dan seluruh kota. Selain yang disebutkan di atas pada periode ini, Umat Islam melahirkan ilmuwan internasional di antaranya :
a. Ibnu Taimiyah.
b. Nasir ad Din Tusi, (w. 1274 M), ahli astronomi, ahli geometri, ahli matematika. Ia mendirikan sebuah observatorium di Maragha, sebuah tempat yang terletak di Asia Kecil.
c. Al Juwaini, dengan karyanya : History of the World Conquerors, memaparkan kisah Jenghis Khan dan penaklukan Iran.
d. Rasyid al Din Fazlullah, seorang ilmuwan fisika dan seorang menteri, menulis karya Compendium of histories (جوامع التواريخ), yang mengintegrasikan sejarah Bangsa Cina, India, bangsa Eropa, Muslim, dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia.


















BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

1.      Asal Usul Bangsa Mongol Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.
2.      Dinasti yang berpengaruh pada perkembangan islam bangsa Mongol adalah Dinasti Chaghatai, Dinasti Golden Horde>, dan Dinasti Ilkhan.
3.      Hasil Peradaban Mongol Masa Islam
·        Masa Dinasti Chaghtai
a. Pemberian tunjangan tetap bulanan kepada para vikhari (pengemis) agar mereka tidak mengemis lagi.
b. Penegakkan hukum yang tidak pandang bulu
c. Pembangunan Masjid, rumah sakit, sarai khana (tempat istirahat para pelancong) dan sekolah
d. Fasilitas-fasilitas untuk para petani dan fasilitas-fasilitas untuk para pedagang.
e. Pada masa Shakhrukh, Ilmu pengetahuan dan seni maju pesat, ia mendirikan sebuah Observatarium di Samarkhand.
·        Masa Dinasti Golden Horde
Dibangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota-kota belahan utara. Barka Khan mengganti UUD Mongol diganti dengan syari’at Islam. Selanjutnya semasa Uzbeg Khan, administrasi kenegaraan diterapkan sesuai dengan syari’ah Islam. Kesenian dan sastra berkembang pesat pada masanya. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah di bangun dengan gaya arsitektur yang indah.
·        Masa Dinasti Ilkhan
Terjadi kemajuan pesat di bidang pertanian dan pembaharuan kebijakan keuangan, pembentukan petugas pencatat pajak, dan semangat dalam perencanaan program pembangunan fisik, termasuk di antaranya adalah pembangunan pusat-pusat perdagangan, jembatan dan seluruh kota. Selain yang disebutkan di atas pada periode ini, Umat Islam melahirkan ilmuwan internasional di antaranya :
·        a. Ibnu Taimiyah.
·        b. Nasir ad Din Tusi, (w. 1274 M), ahli astronomi, ahli geometri, ahli matematika. Ia mendirikan sebuah observatorium di Maragha, sebuah tempat yang terletak di Asia Kecil.
·        c. Al Juwaini, dengan karyanya : History of the World Conquerors, memaparkan kisah Jenghis Khan dan penaklukan Iran.
·        d. Rasyid al Din Fazlullah, seorang ilmuwan fisika dan seorang menteri, menulis karya Compendium of histories (جوامع التواريخ), yang mengintegrasikan sejarah Bangsa Cina, India, bangsa Eropa, Muslim, dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia.


Makalah Teologi Manajemen


BAB I
PENDAHULUAN

Teologi, dalam tradisi keilmuan Islam dikenal dengan Ilmu Kalam. Ada alasan mengapa ilmu ini disebut sebagai Ilmu Kalam, antara lain karena di dalamnya “Tuhan” atau “keimanan kepada Tuhan” berada dalam “perbincangan atau pembicaraan” (kalam) dan ada pula karena dalam ilmu ini “kalam Tuhan” menjadi pembahasan. Akan tetapi terdapat pula kenyataan bahwa perbedaan pendapat dalam aliran-aliran kalam itu bukan hanya disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap kalam Tuhan (al-Quran). Tetapi al-Quran memang dijadikan dasar ketika mereka berargumentasi (berpikir).
Dalam ilmu ekonomi ada spesifik ilmu yang mempelajari tentang mengatur tata kehidupan yaitu ilmu manajemen. Dalam islam banyak disinggung tentang manajemen , karena tuntutan manusia sebagai kholifah sekaligus pemakmur di muka bumi ini. Ilmu manajemen akan semakin mengena bila didasari oleh teologi yang kuat.

1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan di fokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut.
1.       Apakah pengertian Teologi Manajemen?
2.       Apa tujuan Teologi Manajemen?
3.       Apa fungsi Teologi Manajemen?

2.       Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pembahasan pada makalah ini bertujuan untuk:
1.       Mengetahui apakah yang dimaksud Teologi Manajemen
2.       Untuk mengetahui tujuan Teologi Manajemen
3.       Untuk mengetahui fungsi Manajemen





BAB II
PEMBAHASAN

1.       Pengertian Teologi Manajemen
Secara literal istilah teologi berasal dari kata theos berarti Tuhan dan logos berarti kata, perkataan, percakapan, dan ilmu. Jadi,  teologi berarti ilmu tentang Tuhan atau percakapan tentang Tuhan dan alam semesta. Teologi adalah ”upaya menyelidiki pertanyaan pertanyaan tentang hakikat Tuhan”.
Kata manajemen diambil dari kata bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin.
 “Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”
Kedua istilah di atas dapat diartikan sebagai pengelolaan terhadap suatu pekerjaan yang didasarkan pada teologi agama sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

2.       Tujuan Teologi Manajemen

Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga pembangunan di bidang manajemen yang sesuai dengan kaedah agama. Memiliki, keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu maupun berkelompok. Mampu mengamati dan meng-analisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya untuk menyelidiki dan memahami eksistensi Allah SWT.
Sebagaimana yang ada dalam Al Qur’an :
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar Ruum:8)

Juga pada ayat yang lain:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imron:191)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ" )البقرة:30(
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Ayat ini menunjukkan penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah karena manusia mempunyai akal yang akan membimbingnya untuk memakmurkan bumi. Para malaikat protes terhadap apa yang telah dikaruniakan pada manusia yaitu manjadi khalifah. Yang kemudian Allah SWT menjawab protes mereka dengan  firman-Nya yaitu sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.
Dari sini menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi besar untuk mengatur dan memakmurkan bumi dengan akalnya. Manusia dalam mengatur kehidupan membutuhkan sebuah pedoman yang bisa membimbingnya supaya mencapai sesuatu yang dinginkan sehingga kita perlu untuk mendalami teologi-teologi manajemen yang ada dalam al Qur’an.


3.       Fungsi Manajemen Teologi
Secara umum, ada beberapa fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik.

v     Planning
Planning adalah kemampuan untuk merencanakan suatu tindakan yang tepat dan akurat. Untuk memudahkan menyusun rencana tersebut maka harus bisa menjawab rumus 5W+1H yaitu WHAT (apa) yang akan dilakukan, WHY (mengapa) harus melakukan apa, WHEN (kapan) melakukan apa, WHERE (dimana) melakukan apa, WHO (siapa) yang melakukan apa, HOW (bagaimana) cara melakukan apa.

Ø      Organizing
Organizing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 
Ø      Actuating
Actuating adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (sumber daya manusia) sesuai dengan pembagian tugas yang telah dilakukan pada fungsi Organizing. Jadi, actuating mempunyai prinsip menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). 
Ø      Controling
Controlling adalah suatu proses pengawasan untuk mengukur atau membandingkan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan yang telah di capai. Dengan adanya pengawasan ini, diharapkan tidak akan terjadi kesalahan atau penyimpangan. Biasanya kelemahan pada fungsi inilah yang paling sering membuat gagalnya suatu manajemen.


4.       Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen yang dimaksudkan ialah yang diistilahkan dengan 6 M (The Six M), yaitu:
  1. Man
    Manusi (pelaksana yang handal dan terampil)
  2. Money
    Keuangan (ketersediaan dana)
  3. Machines
    Perlengkapan mesin-mesin sebagai alat bekerja (apabila diperlukan)
  4. Methods
    Metode (cara)
  5. Materials
    Sarana dan prasarana
  6. Market
    Pemasaran (pemasyarakatan dan pembudayaan)
Agar sebuah manajemen dapat berhasil dengan baik maka harus memenuhi semua bagian manajemen mulai dari fungsi sampai unsur-unsur manajemen dan mendasarinya dengan landasan agama yang kuat.








BAB III
KESIMPULAN
Ø      Teologi Manajemen adalah pengelolaan terhadap pengelolaan terhadap suatu pekerjaan yang didasarkan pada teologi agama sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Ø      Tujuan Teologi Manajemen adalah Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga pembangunan di bidang manajemen yang sesuai dengan kaedah agama. Memiliki, keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu maupun berkelompok. Mampu mengamati dan meng-analisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya untuk menyelidiki dan memahami eksistensi Allah SWT.
Ø       Fungsi manajemen teologi adalah Planning, Organizing, Actuating, dan Controling yang berlandaskan ajaran teologi/agama.
Ø      Unsur-unsur manajemen :
·        Man
·        Money
·        Machines
·        Methods
·        Materials
·        Market




Aveorrus (Ibnu Rusyd)

Ibnu Rusd Pemikir Islam

Hidup Matinya

Nama lengkapnya adalah Abu al Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd. Abu al Walid itu adalah nama gelarnya dan nama panggilannya adalah Ibn Rusyd dan dikalangan barat atau Eropa ia lebih dikenal dengan Averroes.
Ia lahir pada tahun 520 H atau 1126 M dari keluarga yabng terkenal alim dalam ilmu fikih di Spanyol-Islam, Ayahnya bernama Ahmad yang dipanggil Ibn rusyd juga adalah seorang ahli ilmu fiqih dan hukum yang pada saat itu menjabat sebagai Hakim Agung yang dahulunya pernah dijabat oleh kakek dari ibn Rusyd yang bernama Muhammad ibn Ahmad ibn Ahmad in Rusyd yang juga seorang ahli fiqih dan ilmu hukum. Pada waktu itu kakek ibn Rusyd diangkat sebagai imam besar Masjid Jami’ di Cordova dan dikalangan pemerintahan dia diangkat sebagai Hakim Agung. Dari keluarga terhormat inilah Ibn Rusyd diasuh.
Dari kecil Ibn Rusyd telah banyak belajar dari ayahndanya, terutama yang berkenaan dengan ilmu fiqih, Ushul, bahasa arab, kalam, dan sastera (adab) sehingga tidak mengherankan apabila pada usia yang relatif muda ia telah menghafal buku Al Muwattha karangan Imam Maliki, setelah itu ia perdalam lagi ilmu-ilmu itu sampai jenjang perguruan tinggi seperti ilmu kalam ia perdalam lagi di Universitas Corodva, ilmu kedokteran yang diperolehnya dari Abu Ja’far Harun dan Abu Marwan Ibn Jarbun al Balansi, sedangkan ilmu logika, filsafat dan teologi ia perdalam dari Ibn Thufail. Selain itu Ia belajar juga tentang matematika, fisika dan astronomi.
Ibn Rusyd selain sebagai hakim agung di Cordova seperti telah disebutkan diatas, meneruskan jejak ayahnya, ia juga pernah sebagai dokter kahlifah di istana al Muwahhidin, Maroko, penasehat politik, dan yang terpenting ia adalah guru besar dan pemimpin perguruan.
Akhir hidupnya ia alami dengan tragis karena ada kepentingan politik dari penguasa, maka Ibn Rusyd diasingkan dan dipenjarakan di suatu tempat yang bernama Lucena dan dengan bantuan para pemuka kota Saville ia dibebaskan namun tidak lama dari itu ia meninggal dunia pada usia 75 tahun yaitu pada hari Kamis, tanggal 9 Shafar 595 H atau 11 Desember 1198 Mdi kota Marakisy, ibu kota Maroko, wilayah paling barat dari Afrika Utara.

Warisannya

Ada banyak karya-karya Ibn Rusyd namun banyak pula dari karyanya yang sudah dibakar pada saat ia diasingkan dan wafatnya, namun dari sekian banyak karya yang dimusnahkan ada beberapa karya tulisnya yang berhasil diselamatkan oleh murid-muridnya dan sudah ada beberapa yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Diantara banyak karyanya, yang cukup terkenal diantaranya :[1]
1. Bidayah al Mujtahid wa Nihayah al Muqtashid fi al Fiqh
2. Kitab al Kulliyat fi al Thib, telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Coliget
3. Tahafut al Tahafut, yang merupakan sanggahan terhadap argumen Al Ghazali, dan telah diterjemah dalam bahasa Latin dan banyak mempengaruhi Thomas van Aquinas
4. Al Kasyf ‘an Manahij al Adillah fi ‘Aqaid al Millah
5. Fashl al Maqal fima bain al Hikmah wa al Syari’ah min al Ittishal, buku ke 4 dan ke 5 ini mencoba menerangkan hubungan antara agama dan filsafat.
6. Dhamimah li Masalah al Qadim.

Pembuktian Kebenaran

Dalam mencari kebenaran, menurut Ibn Rusyd, ada tiga macam cara yang bisa dipakai, yaitu :[2]
1. Metode Retorika (al khatabiyyah)
2. Metode Dialekti (al jadaliyyah)
3. Metode Demonstratif (al burhaniyyah)
Metode retorik dan dialektik diperuntukkan bagi manusia awam, sedangkan metode demonstratif secara spesifik dikonsumsikan bagi kelompok kecil manusia. Dalam konteks syari’ah, metode-metode terbagi kepada empat macam kategori, yaitu :[3]
1. Metode yaqini, yaitu metode yang bersifat umum, sekaligus bersifat khusus. Wujud dari metode ini adalah silogisme yang mencapai tingkat kepastian, sekalipun premis-premis yang dikemukakan bersifat masyhur (benar karena pendapat umum) atau madhmum (benar karena dugaan umum), dalil semacam ini tidak membutuhkan takwil karena jika ditakwilkan jatuhnya akan kafir.
2. Metode yang premis-premisnya sekalipun bersifat masyhur atau madhmum, namun kebenarannya mencapai tingkat pasti. Metode ini konklusinya diambil dari perumpamaan bagi obyek yang menjadi tujuan. Konklusinya membuka pintu untuk ditafsirkan.
3. Metode yang konklusinya berupa obyek yang hendak disimpulkan sedangkan premisnya bersifat masyhur atau madhmum, tanpa terbuka kemungkinan untuk mencapai keyakinan dan konklusi yang dicapai tidak membutuhkan takwil.
4. Metode yang premis-premisnya bersifat masyhur atau madhmum, tanpa membuka kemungkinan untuk mencapai tingkat yaqini dan konklusinya berupa perumpamaan-perumpamaan bagi obyek yang dituju, bagi orang tertentu hal ini harus ditakwilkan tetapi bagi orang awam hal ini harus diterima secara lahiriah.
Namun demikian menurut Ibn Rusyd ke empat kategori ini dapat ditakwilkan oleh orang-orang tertentu saja sedangkan bagi orang awam tidak perlu, mereka hanya perlu memahaminya secara lahiriah saja, dan dengan ditakwilkan tentunya akan lebih memuaskan namun tidak semua orang dapat menerimanya.

Al Ghazali : “Para Filusuf itu Orang Kafir…!!!”

Dalam bukunya Tahafut al Falasifah Al Ghazali mengatakan bahwa para filusuf telah banyak mengungkapkan argumentasi yang bertentangan dengan Al Qur’an sehingga dia menganggap para filusuf telah mgningkari Al Qur’an dan ia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Adapun hal-hal yang dilanggar oleh para filusuf menurut Al Ghazali ada 20 persoalan yaitu 16 dalam bidang metafisika dan 4 dibidang fisika namun dari 20 hal itu 17 hal digolongkan dalam Ahl al Bida’ dan berkenaan dengan 3 hal lainnya para filusuf dikatakan sebagaii orang kafir.
Perincian 20 persoalan diatas adalah sebagai berikut :[4]
1. Alam qadim (tidal bermula)
2. Keabadian (abadiah) alam, masa dan gerak
3. Konsep Tuhan sebagai pencipta alam dan bahwa alam adalah produk ciptaan-Nya; uangkapan ini bersifat metaforis
4. Demonnstrasi/ pembuktian eksistensi Penciptaan alam
5. Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu dan tidak mungkin pengandaian dua wajib al wujud
6. Penolakan akan sifat-sifat Tuhan
7. Kemustahilan konsep genus (jins) kepada Tuhan
8. Wujud Tuhan adalah wujud yang sederhana, wujud murni, tanpa kuiditas atau esensi
9. Argumen rasional bahwa Tuhan bukan tubuh (jism)
10. Argumen rasional tentang sebab dan Pencipta alam (hukum alam tak dapat berubah)
11. Pengetahuan Tuhan tentang selain diri-Nya dan Tuhan mengetahui species dan secara universal
12. Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri
13. Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu (juziyyat) melainkan secara umum
14. Langit adalah mahluk hidup dan mematuhi Tuhan dengan gerak putarnya
15. Tujuan yang menggerakkan
16. Jiwa-jiwa langit mengetahui partikular-partikular yang bermula
17. Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa
18. Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati ruang, tidak ter pateri pada tubuh dan bukan tubuh.
19. Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur, dan watak keabadiannya membuatnya mustahil bagi kita membayangkan kehancurannya.
20. Pemolakan terhadap kebangkitan Jasmani.
Dari 20 persoalan ini ada 3 hal yang dianggap paling membahayakan “kestabilan” umat yaitu :[5]
1. Alam kekal (qadim) atau abadi dalam arti tidak berawal
2. Tuhan tidak mengetahui perincian atau hal-hal yang partikular
3. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani

Ibn Rusyd : “Tunggu dulu …!!!”

Adapun bantahan Ibn Rusyd terhadap argumen yang dilontarkan oleh Al Ghazali adalah sebagai berikut :
Tentang Alam yang Qadim
Pendapat para filusuf bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tidak dapat diterima oleh para teolog Islam termasuk Al Ghazali karena mereka percaya bahwa Tuhan adalah pencipta sehingga Ia mengadakan sesuatu dari tiada(creatio ex nihilio). Jika alam tidak bermula maka alam tidak diciptakan sehingga Tuhan bukanlah maha pencipta.
Ibn Rusyd membantah hal ini karena pendapat para filusuf terutama filusuf Islam mengatakan bahwa alam ini diciptakan dari yang ada dahulu, dan yang mungkin terjadi adalah “ada” yang awal berubah menjadi “ada” dalam bentuk lain. Dan Ibn Rusyd mengatakan bahwa creatio ex nihilio itu tidak didukung oleh dasar syari’ah, tak ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan pada mulanya berwujud sendiri dan tidak ada wujud selain dari Tuhan dan kemudian barulah menciptakan alam ini.
Bukti dari Tuhan menciptakan alam ini dari sesatu yang “ada” dapat dibuktikan melalui beberapa ayat diantaranya :[6]
1. Al Qur’an Surat Hud, ayat 7, yang mengatakan secara garis besar bahwa sebelum ada wujud langit dan bumi telah ada wujud lain, yaitu wujud air yang diatasnya terdapat tahta kekuasaan Tuhan, ditegaskan lagi bahwa langit dan bumi diciptakan setelah ada air, tahta dan masa.
2. Al Qur’an surat Fushilat, ayat 11, dikatakan bahwa Tuhan menciptakan bumi dalam 2 masa, menghiasi bumi dengan gunung dan diisi dengan berbagai macam makanan, kemudian Tuhan naik ke langit yang masih merupakan uap, sehingga ditakwilkan langit tercipta dari uap.
3. Al Qur’an Surat Al Anbiya’, ayat 30, dikatakan bahwa bumi dan langit pada mulanya adalah satu unsur yang sama kemudian dipecah menjadi 2 benda yang berlainan.
4. Al Qur’an surat Ibrahim, ayat 47 – 48, disini menunjukkan bahwa alam ini sifatnya kekal yaitu dikatakan bahwa langit dan bumi akan ditukarkan dengan bumi dan langit yang lain, dan sekaligus membuktikan bahwa alam ini terwujud dan perwujudannya melalui proses yang terus menerus.
Untuk menengahi pendapat bahwa alam ini qadim maka Ibnu Rusyd mengatakan bahwa sebenarnya antara filusuf dan ahli syari’ah telah sepakat bahwa ada tiga macam wujud, yang berkaitan dengan hal ini , yaitu :[7]
1. Wujud Baru/ karena sebab sesuatu, yaitu dari sesuatu yang lain dan karena sesuatu, yakni zat pembuat dan dari benda, ini adalah benda yang kejadiannya bisa terlihat oleh panca indera, seperti terjadinya air, udara, bumi, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
2. Wujud Qadim/ tanpa sebab sesuatu, yaitu wujud yang bukan dari sesuatu, tidak karena sesuatu, dan tidak didahului oleh zaman, wujud ini dapat diketahui dengan bukti-bukti pikiran, seperti Tuhan.
3. Wujud Antara, yaitu wujud yang terletak di antara kedua wujud ini, wujud yang bukan dari sesuatu dan tidak didahului oleh zaman tetapi wujud karena sesuatu, yaitu zat pembuat, dan wujud itu adalah alam keseluruhannya
Dari keterangan diatas maka dapat dilihat bahwa kejadian alam ada kalanya terjadi dengan adanya hubungan sebab akibat, Al Ghazali mengingkari hal ini, sebaliknya Ibn rusyd menyetujui adanya hubungan sebab akibat, hal ini ia ambil dari Aristoteles tentang sebab pokok, yaitu :[8]
1. ‘Illah maddiyah (sebab akibat yang berkaitan dengan benda)
2. ‘Illah Shuwariyyah (Sebab akibat yang berkaitan dengan bentuk/form)
3. ‘Illah fa’ilah (sebab akibat yang berkaitan dengan daya guna)
4. ‘Illah gha’iyyah (sebab akibat yang berkaitan dengan tujuan)
Tentang Pengetahuan Tuhan
Menurut para teolog juga Al Ghazali bahwa setiap maujud diciptakan Tuhan karena kehendak-Nya, jadi seluruhnya itu diketahui oleh Tuhan, sebab yang berkehendak haruslah mengetahui yang dikehendaki-Nya. Jadi Tuhan mengetahui segala sesuatu secara rinci.
Ibn Rusyd membantah, dikatakan bahwa tidak pernah ada filusuf yang mengatakan bahwa Tuhan tidak mengetahui yang rinci, pendapat yang ada adalah bahwa pengetahuan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu, karena pengetahuan manusia tentang perincian diperoleh melalui panca indera dan dengan panca indera pulalah pengetahuan manusia tentang sesuatu selalu berubah dan berkembang sesuai dengan penginderaan yang dicernanya. Sedangkan pengetahuan tentang kulliyah diperoleh melalui akal dan sifatnya tidak berhubungan langsung dengan rincian yang materi itu.
Pengetahuan Tuhan, sebaliknya, merupakan sebab yang tidak berubah oleh perubahan yang dialami juziyah. Tuhan tidak mengetahui apa-apa yang terjadi dan sesuatu yang telah terjadi. Pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh waktu yang telah lampau, sekarang dan akan datang. Pengetahuan-Nya bersifat qadim, yaitu semenjak azali Tuhan mengetahui segala hal yang terjadi di alam, betapun kecilnya . Meskipun demikian pengetahuan Tuhan tidaklah bersifat kulliyah atau juziyyah, sebab kedua sifat ini merupakan kategori manusia, bukan merupakan kategori ilahi dan pengetahuna Tuhan tidak dapat diketahui selain oleh Tuhan sendiri.
Tentang Kebangkitan Jasmani
Para filusuf mengatakan bahwa nanti dialam akhirat yang bangkit hanyalah roh saja tidak ada kebangkitan jasmani, dan Al Ghazali membantah hal ini sebab dalam Al Qur’an sendiri dikatakan bahwa manusia akan mengalami pelbagai kenikmatan jasmani di dalam surga atau kesengsaraan jasmani di dalam neraka.
Ibn Rusyd mengatakan bahwa para filusuf tidak membantah adanya keangkitan jasmani, karena hampir semua agama samawi mengakui adanya kebangkitan jasmani, namun dari sesuatu yang telah hancur itu tidak mungkin bisa dibentuk kembali, maka kalau pun ada kebangkitan jasmani tentunya dalam bentuk lain, tidak dalam bentuk manusia sekarang ini.
Di akhirat nanti semua yang terdapat disana tidaklah seperti apa yang kita lihat dan alami di dunia ini, semua tidak pernah terpikirkan oleh manusia, sehingga kehidupan diakhirat nanti tidak akan sama dengan kehidupan di dunia saat ini. Dan alam Akhirat ini hanyalah suatu fase lanjutan dari jalur kehidupan manusia, dan tentunya tidaklah berlebihan apabila nanti dalam kebangkitannya tidak terjadi kebangkitan jasmani atau paling tidak jasmani yang bangkit adalah jasmani dalam bentuk yang berbeda.
Ibn Rusyd juga mengkritik Al Ghazali sebab di salah satu karyanya dikatakan bahwa khusus bagi kaum sufi tidak ada kebangkitan jasmani mereka hanya mengenal kebangkitan rohani saja, disini terlihat adanya ketidak konsistenan Al Ghazali dalam konsep kebangkitan jasmani.

Akhir Cerita

Dari keterangan diatas bahwa dapat diambil intisari tentang bantahan Ibn Rusyd terhadap argumentasi Al Ghazali, yaitu :
1. Alam ini memang Qadim, terbukti dengan ayat-ayat Tuhan yang trmaktub dalam Al Qur’an, dan tidak satupun dari ayat tersebut yang mengatakan alam ini diciptakan dari ketiadaan.
2. Pengetahuan Tuhan dan Manusia memang berbeda jadi ketidaktahuan tuhan yang disangkakan oleh Al Ghazali ternyata ada kesalahan penafsiran tentang pengetahuan Tuhan dan Manusia.
3. Kebangkitan Jasmani memang perlu dikumandangkan terutama bagi orang awam yang tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat mereka beribadah, sedangkan bagi kelompok yang khusus, seperti kaum sufi dan para filusuf, boleh ditakwilkan bahwa nanti tidak ada kebangkitan jasmani yang ada hanya roh.

Daftar Pustaka

Ahmad, Zainal Abidin, Riwayat Hidup Ibnu Rusyd (Averroes) : Filosof Islam terbesar di Barat, cet.1, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1975
Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, cet. 1, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, cet. 4, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1998
Poerwantana, A. Ahmad, Rosali, Seluk Beluk Filsafat Islam, cet. 1, CV. Rosda, Bandung, 1998
Footnote:
[1] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Cet. 1, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999, hal. 114-115
[2] Ibid., Hal.116
[3] Ibid., Hal.116-117
[4] Ibid., Hal 83-84
[5] Ibid., hal 84
[6] Ibid., Hal. 120-122
[7] Poerwantana, A. Ahmad, Rosali, Seluk Beluk Filsafat Islam, cet. 1, CV. Rosda, Bandung, 1998, hal 217
[8] Hasyimsyah Nasution, Op.Cit. Hal. 123